Oleh: Arsyad Tatroman, Wakil Ketua DPC GMNI Ambon.
Ingin saya tegaskan berjuang untuk Maluku jangan gadaikan Nasionalisme, toh Maluku pun bagian dari NKRI.
Ditengah-tengah pandemi covid-19 yang marak dan menggempar dibelahan dunia dengan grafik yang setiap hari makin bertambah membuat warga ketakutan, panik, psikologi pun terganggu. Semua aktivitas perkantoran, Ibadah, maupun lainnya dihentikan demi mencegah penularan kepada orang.
Sementara kasus baru yang terkonfirmasi positif covid-19 dalam sehari terakhir sebanyak 375 orang, dan itu menunjukkan lonjakan angka kasus baru kembali bertambah setelah ada penurunan drastis pada dua hari sebelumnya.
Hal ini menjadi fokus keseriusan kita untuk melawan dengan kekuatan teologis medis maupun teologis spritual, hingga pada himbauan – himbauan pemerintah yang bersifat pemberitahuan maupun pelarangan yang bersifat surat keputusan. Dan tetap Stay at home, tidak mudik dan lain sebagainya. Intinya kita ikut anjuran pemerintah.
Selain itu, sebagai Insan yang percaya pada tuhan cukup kita mendoakan, mengapresiasi, mendukung mereka yang sedang bertugas dilapangan semoga mereka diberi nikmat kesehatan yang baik. Semoga pula cepat berlalu musibah ini.
Masyarakat Maluku panik karena virus yang mematikan, lebih panik lagi saya membaca di salah satu media online di Kota Ambon pada tanggal 6 April 2020 pukul 10.00 Wit, bendera yang berwarna biru, putih, hijau dan merah itu berkibar kembali di Kota Piru Kabupaten Seram Bagian Barat tepat pada bulan kelahiran Republik Maluku Selatan (RMS). Awalnya sudah saya menduga dari awal april akan adanya peristiwa ini, dan ada tiga kemungkinan yang membuat saya bertanya-tanya dan membuatku curiga;
- Apakah ada upaya membangkitkan kembali semangat gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) ansih?
- Ataukah ini permaianan sekelompok orang untuk memuluskan agenda prgamatisnya?
- Ataukah ini adalah skenario elit tertentu dalam rangka menjalankan agenda kepentingan Maluku secara nasional?
Pada tahun 2019 tepatnya di hari ulang tahun RMS ke 63 Bendera RMS kembali dikibarkan di Aboru.
Pertanyaanya, dimanakah pelaku yang mengibarkan bendera RMS itu berada? Sampai saat ini apakah BIN dan Intelijen Kepolisian Daerah Maluku sedang melaksanakan Agenda operasi pengamanan dalam rangka menggagalkan HUT RMS. Saya pun masih bertanya-tanya dan sudah sampai dimana tingkat operasinya? Sory saya panik bukan karena Covid-19 yang buat saya panik ketika situasi Nasional sementara disuguhi dengan Virus yang mematikan, dari timur Indonesia mengibarkan bendera perlawanan sebagai simbol berpisah dari NKRI.
Sekali lagi izinkan saya bertanya, pada tanggal 25 April Harlah RMS ditengah-tengah kepanikan masyarakat Maluku terhadap Covid-19 ini apakah ada gerakan saparatis atau tidak? Jangan anggap remeh hal ini. Kalaupun terjadi, bagaimana situasi Maluku & Indonesia seperti apa? apakah kita sedang dikerjain? Atau ini kerjaanya siapa?. allahua’lam bissawab.
Setiap tahun pasti ada pengibaran bendera RMS negara harus tegas dalam mengambil sikap dalam menghadapi situasi bangsa yang sedang dilanda covid-19 virus yang mematikan, Saya hanya ingin mengkonfirmasikan, tanggal 25 April hari lahir RMS, dan virus saparatis ini juga sangat berbahaya.
jangan kita terlena dan terlalu panik dengan covid-19, tetap waspada dan jaga jarak.
~ Ambon 23/04/2020